Sunday, October 4, 2015
6 KONDISI KITA BOLEH MENCERITAKAN AIB SESEORANG
Ini adalah tulisan bagian 1 dari 2 bagian.
(bersambung. Untuk poin 3 s.d. 6 silakan klik di sini)
Awal-awal sekali saya ingin berpesan dan teramat-sangat saya tekankan di
sini bahwa, jangan jadikan tulisan ini sebagai dasar pembenaran bahwa kita boleh membuka aib orang lain dengan beberapa alasan yang tepat.
Tidak! Sama sekali bukan begitu maksud tulisan ini saya buat. Saya tak ingin
dosa warisan yang orang lain lakukan mengalir terus sampai nanti saya telah
berada di dalam kubur. Dosa tanggung
sendiri-sendiri, Guys! Boro-boro mau nanggung dosa orang, dosa gw sendiri udah
banyak.
Tapi, jika ada ilmu, haruslah berbagi. Jika kita tahu, haruslah memberitahu
kepada orang yang belum tahu. “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Nah, bertolak dari niat itulah penulis membuat
tulisan ini. Murni untuk menyebarkan ilmu yang ada sedikit ini. Bukan untuk
membenarkan menceritakan aib sesorang. Nauzubillah!
Baiklah, sebagai permualaan penulis ingin bertanya, apakah ada
diantara Sahabat Populer di sini yang
suka menggosip dengan tetangga, di kantor,
di tempat arisan, atau di sosial media? Atau, adakah Sahabat Populer yang
senang sekali membaca berita gosip, baik itu dari koran, majalah atau berita
online di internet? Atau, adakah Sahabat Populer di sini yang senang sekali menonton
acara gosip yang dibungkus dengan istilah informasi dan hiburan (infotainment)?
Nah lho, hati-hati! Penulis
anjurkan mulai dari sekarang kurangilah kegiatan-kegiatan murahan dan tak jelas seperti itu. Kalau bisa sekalian saja dihentikan.
Karena, walaupun informasi yang disampaikan itu benar tetap saja itu
ghibah (fitnah dalam bahasa Indonesia).
Padahal, jelas sekali di dalam
ajaran agama kita menceritakan keburukan orang/ghibah/menggosip sangat
dilarang. Karena sangat banyak memberi dampak buruk dalam kehidupan sosial
bermasyrakat. Selain akan menimbulkan rasa saling benci dan permusuhan antara
orang yang diceritakan dengan orang yang menceritakan dan orang yang mendengar,
kegiatan ini juga pastinya akan membuang-buang waktu yang sangat berharga yang seharusnya
kita isi dengan kegitan yang bermanfaat. Ingat surat Al Asr, Guys!
Lalu, kenapa kegiatan ini kelihatannya malah makin menunjukan trend yang
semakin meningkat frekuensinya? Jawabannya simpel, karena kurangnya kesadaran
kita mendalami agama. Karena, kalau kita tahu dampak buruknya pastilah kita
tidak melakukan ini. Walaupun hanya sekedar pendengar. Toh, kita kehilangan banyak waktu yang berharga. Lagi-lagi kita
harus belajar surat Al Asr. Itu mudharat yang paling ringan.
Belum lagi rasa benci yang timbul kepada orang yang bahkan kita sendiri tak
begitu mengenalnya. Muncul pikiran jelek setiap ketemu orang itu, “Ohh, begitu
rupanya kamu ya. Kelihatannya aja baik. Rupanya busuk ke sananya.”
Nah lho.. Siapa yang busuk sekarang, coba?
Padahal, seharusnya, sedapat mungkin aib seseorang itu kita tutup. Sebab, kita juga punya aib yang banyak. Andai
saja setiap aib kita itu mengeluarkan bau, maka tidak ada orang yang mau mendekati
kita karena busuknya bau yang kita keluarkan.
Yakinlah bahwa jika kita menutup aib orang lain maka Allah SWT juga akan
menutup aib kita kepada orang lain. Begitu juga sebaliknya.
Teman kita yang tadinya menceritakan aib si A kepada kita hampir bisa
dipastikan dia juga akan menceritakan aib kita kepada orang lain. Kepada si B,
C, X, Y, dan Z.
Begitulah pedas dan pahitnya biang gosip ini. Walaupun saat ini kita hanya
mendengar, lain waktu kita akan menjadi korban atau malah menjadi pelakunya.
Nauzubillah minzalik!
Rasulullah SAW pernah ditanya,
"Bagaimana kalau memang dia buruk, apa tidak boleh saya menceritakan
keburukannya?"
Rasullullah menjawab,
"Itulah ghibah (fitnah dalam bahasa Indonesia). Kalau dia tidak buruk
lantas Anda ceritakan keburukannya, itu namanya kebohongan besar."
Pada Surat Alhumazah ayat 1, Allah berfirman. وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ
لُمَزَةٍ
Artinya : Kecelakaanlah bagi
Setiap pengumpat lagi pencela.
لُمَزَةٍ Lumazah berarti mengejek dengan cara
kerlingan mata, gerak-gerik, atau ucapan dengan tujuan untuk mengundang tawa
dan ejekan, baik orang yang diejek
itu ada di depan Anda atau pun tidak ada.
لِكُلِّ Likulli berarti SETIAP (PENGumpat dan
PENcela). Ingat, ini penekanannya lho. Ada kata SETIAP.
Kesimpulannya: Celaka, neraka,
merugilah bagi SETIAP pengumpat lagi pencela.
Untungnya, bentuk Humazah dan
Lumazah itu diartikan YANG SERING KALI.
Jadi, kalau yang masih
sekali-kali bisa jadi masih tidak celaka. Tapi kalau orang tersebut setiap hari
kerjanya menggosip maka dia inilah yang akan mendapat kecelakan, neraka, atau
merugi. Ingat acara gosip yang ditayangkan pagi, siang, sore, dan malam ke
rumah kita?
Meskipun begitu, ada 6 kondisi kita bisa di toleransi karena menceritakan aib orang lain. 6 kondisi tersebut yakni:
1. Kita Menceritakan Aib Sesorang Dengan Harapan Bisa Meringankan Apa yang kita alami
Meskipun begitu, ada 6 kondisi kita bisa di toleransi karena menceritakan aib orang lain. 6 kondisi tersebut yakni:
1. Kita Menceritakan Aib Sesorang Dengan Harapan Bisa Meringankan Apa yang kita alami
Misalnya, kita menceritakan tentang keburukan sifat si A yang selalu menganggu
pikiran kita kepada sahabat karib kita, si X. Kata orang, dengan menceritakan akan
melegakan rasa sesak yang kita rasakan di dalam dada. Meringakan beban yang
kita alami.
Carilah waktu yang pas untuk bercerita. Misalnya pada saat berdua saja
dalam kamar atau di bangku taman! Nah, hal seperti ini masih bisa ditoleransi.
Tapiii.... tetap saja lebih baik lagi kalau hal ini tidak dilakukan!
2. Dengan Tujuan Untuk Menghalangi Keburukan Itu
2. Dengan Tujuan Untuk Menghalangi Keburukan Itu
Misalnya, orangtua kita tiap hari bertengkar. Adik-adik kita tiap hari
menangis mendengar bentakan-bentakan mereka. Sebagai anaknya, kita boleh
mengadu kepada Pak RW atau tetangga yang dituakan untuk mencegah pertengkaran
mereka yang berlarut-larut itu. Katakan kepada Pak RW atau orang yang dituakan itu
bahwa orangtua kita suka bertengkar agar beliau bisa membantu mendamaikan ibu
bapak kita.
Hal ini juga berlaku untuk tetangga kita yang tiap
hari bertengkar. Tapi kita tak memiliki kemampuan untuk meleraikannya. (bersambung. Untuk poin 3 s.d. 6 silakan klik di sini)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment
Pengunjung yang baik tidak akan meletakkan link hidup di kolom komentar!
Please dont put your link in comment box.